Thursday, October 13, 2005

Sudah Jatuh, Tertimpa Tangga Pula

Sekeluarga masuk RS, tentu saja saya sedih. Di bulan Ramadhan saat-saat bisa berpuasa, berbuka bersama, berbagi cerita, saya dan partner hidup saya malah menghabiskan kebanyakan waktu kami bolak-balik ke RS. Awalnya partner saya menunggui ibu saya, kemudian saat ibu saya sudah boleh keluar RS, partner saya menunggui ayah saya yang kondisinya masih drop.

Tapi yang bikin saya SANGAT sedih, adalah orang-orang yang menurut saya sudah mulai kehilangan keprimanusiaannya. Di saat adanya cobaan seberat ini, adaaaa saja kenalan dan saudara yang menambah kegalauan di hati.

Contoh 1:
Seseorang, sebut saja namanya A, begitu mengetahui bahwa keluarga saya masuk RS karena DB, malah memberi nasihat yang, oke deh... mungkin semua orang juga tahu. Tapi praktek dan teori jauh berbeda, kan? Misalnya saja, dia berkata bahwa saya HARUS memastikan keluarga saya makan yang banyak juga minum air minimal dua liter sehari. Kalau nggak mau harus dipaksa.

Kalau badan lagi sehat, tidak masalah deh, mau makan segambreng juga, minum satu galon sehari, juga. Tapi kalau kondisi lagi payah, bagaimana bisa? Saya melihat sendiri keadaan orang tua juga adik-adik. Mual. Pusing. Pegal-pegal. Lemas. Bagaimana mau memaksa mereka makan dan minum? Bisa saja dicekoki, dengan konsekuensi mereka akan muntah. Bukannya malah tambah parah?

Saya sempat khawatir dan nanya ke suster, bagaimana caranya agar keluarga saya bisa makan, supaya cepat sembuh. Untunglah suster-suster yang saya temui sabar dan baik hati. Mereka menjelaskan bahwa kalau memang lagi sakit seperti ini, tidak usah dipaksakan makan. Nutrisi sudah disediakan melalui infus. Walaupun, memang, kalau bisa makan dan minum, lebih baik.

Terus si A ini juga merepet bahwa saya harus segera mengurus surat keterangan di rumah semua terjangkit DB, biar diadakan penyemprotan. Kalau tidak, itu berarti saya sekeluarga bertanggung jawab menyebarkan DB ke seluruh kompleks.

Masya Allah... saya gemas sekali mendengarnya. Belum apa-apa sudah menghakimi. Nadanya dalam menyampaikan informasi-informasi di atas juga holier-than-thou banget. Patronizing. Seakan-akan saya sekeluarga ini benar-benar bodoh dan ignorant. Padahal saat ibu dan adik bungsu saya masuk RS, kami sudah berusaha mengurusnya. Dan apa yang terjadi?

Langkah pertama:
Telepon ke Ketua RT & RW.
Langkah kedua:
Ditelepon balik, dikatakan bahwa kami sekeluarga harus mengurus surat keterangan di rumah ada anggota keluarga yang terkena DB di RS.
Langkah ketiga:
Bertanya pada pihak RS bagaimana mengurusnya. Pihak UGD berkata bahwa nanti surat akan diberikan oleh dokter.
Langkah keempat:
Dokter berkata bahwa surat bisa diminta melalui suster.
Langkah kelima:
Suster berkata bahwa surat bisa diminta pada pihak RS (entah yang mana!).

Beruntung tadi suster yang melihat keadaan ayah saya berkata bahwa pihak RS akan mengusahakan adanya surat itu. Sampai sekarang masih belum jelas deh, setelah dapat surat, mau dilaporkan ke pihak RT & RW dulu atau mesti dikirimkan ke Dinas Kesehatan. Jangan-jangan mesti disampaikan langsung ke Presiden!


Contoh 2:
Sebutlah namanya B. Dari dulu terus terang saya memang kurang suka padanya--alasannya biar saya saja yang tahu. Begitu tahu ibu saya masuk RS, B langsung menelepon panjang-lebar (sopan sekali, ya, menelepon orang yang lagi sakit lama-lama?). Pembicaraan di telepon, menurut saya, TIDAK PENTING. Karena B malah berkata kurang lebih seperti ini, "Pasti dii masa lalu kurang bersyukur dan beramal, mungkin juga berbuat yang kurang baik, makanya begini jadinya."

Dan B itu benar-benar mengoceh terus, menceramahi agar ibu saya harus menghindari dosa, berbuat baik, dan sebangsanya.

Pandai betul dia berbicara. Padahal saya tahu benar polahnya yang jauh dari ajaran agama. Hanya ada satu kata untuknya: hipokrit.

Beruntung dia berbicara dengan ibu saya yang pada dasarnya baik hati. Ibu saya yang sedang berada dalam kondisi paling bawah masih mau mendengarkan dan mengiyakan (walau hatinya tidak setuju) semua kata-kata B. Kalau B berbicara pada saya? Bulan Ramadhan ataupun tidak, sebodo! Saya akan semprot habis-habisan, sambil membeberkan semua borok-boroknya, kalau perlu!

Saya jadi bertanya-tanya. Kalau musibah terjadi, apa alasannya? Saya pikir, tidak ada yang tahu. Semua adalah rahasia Tuhan.

Apa kalau ada musibah, itu berarti, kita berbuat dosa di masa lalu jadi kita dihukum? Sungguh naif pertanyaan ini. Kok kita bisa-bisanya sok tahu, menebak tujuan Tuhan. Memang, saya percaya, apapun yang terjadi di dunia ini, terjadi karena satu alasan. Tapi apa?

Itu adalah misteri yang hanya diketahui Allah SWT.

Jadi, kalau memang ada orang di sekitar yang menerima musibah, saya rasa, sudah sepantasnya kita tidak membombardir mereka dengan judgment yang keji. Bagi yang menerima musibah, bagaikan sudah jatuh, tertimpa tangga, pula. Lebih baik doakan saja--supaya yang menerima musibah kuat dan tabah, dan agar semuanya kembali baik-baik saja.

10 comments:

Keluarga Maulizal said...

Halow Mbak Salam Kenal...lagi blogwalking eeeh baca postingan ini. Yang sabar aja mbak. Ini aku ada contekan "menikmati sakit" barangkali bisa menenangkan hati ;)

Menikmati Sakit

"Allah tidak menurunkan penyakit, melainkan Dia telah
menurunkan obatnya."

Tidaklah Allah menciptakan sesuatu secara sia-sia.
Pasti ada beribu hikmah di balik segala yang terjadi
pada diri kita, atau lingkungan kita. Tapi, apa hikmah
dibalik penyakit yang Allah timpakan kepada manusia?
Adzabkah?

Pertama, sehat adalah ujian kesabaran. Hal ini
sebagaimana sabda Rasulullah Saw, "Sangat menakjubkan
urusan orang-orang Mukmin itu. Mereka menerima semua
persoalan hidup sebagai kebaikan baginya. Apabila
kegembiraan yang diterimanya ia akan bersyukur dan itu
adalah kebaikan baginya. Dan apabila kepedihan yang
diterimanya maka ia bersabar dan itupun merupakan
kebaikan pula baginya."(HR.Muslim).

Hadits di atas menjelaskan bahwa yang dituntut dari
kebaikan adalah syukur, sedangkan yang dituntut dari
kesulitan adalah sabar. Karena kesyukuran adalah tanda
keimanan, dan kedurhakaan adalah tanda kekufuran.

Kedua, sakit adalah penggugur dosa-dosa hamba-Nya.
Penyakit yang diderita seorang hamba menjadi sebab
diampuninya dosa yang telah dilakukan termasuk
dosa-dosa setiap anggota tubuh. Rasulullah Saw
bersabda, "Setiap getaran pembuluh darah dan mata
adalah karena dosa. Sedangkan yang dihilangkan Allah
dari perbuatan itu lebih banyak lagi."(HR. Tabrani).

Ketiga, Orang sakit yang mau bersabar akan mendapatkan
pahala dan ditulis untuknya bermacam-macam kebaikan
dan ditinggikan derajatnya. Rasulullah Muhammad Saw
bersabda, "Tiadalah tertusuk duri atau benda yang
lebih kecil dari itu pada seorang Muslim, kecuali akan
ditetapkan untuknya satu derajat dan dihapuskan
untuknya satu kesalahan." (HR.Muslim dari Aisyah ra).

Keempat, masih bagi pengidap sakit yang sabar, selain
mendapat pahala, ia akan mendapati jalan menuju surga
yang terbuka lebar.

Kelima, sebagai timbal baliknya, ia akan selamat dari
siksa neraka. "Aisyah Ummul Mukminin menerangkan sabda
Rasulullah Saw bahwasannya sakit karena demam itu akan
menghindarkan orang Mukmin dari siksa api neraka."
(HR. Al-Bazzar)

Keenam, selalu ingat pada Allah. Dalam kondisi sakit
akan membuat orang merasa benar-benar lemah, tidak
berdaya sehingga ia akan bersungguh-sungguh memohon
perlindungan kepada Allah Swt., Dzat yang mungkin
telah ia lalaikan selama ini. Kepasrahan ini pula yang
menuntunnya untuk bertobat.
Ketujuh, selalu mengingat nikmat Allah. Sakit membuat
orang tahu manfaat sehat. Tidak jarang orang merasakan
nikmat justru ketika sakit. Begitu banyak nikmat Allah
yang selama ini lalai untuk ia syukuri. Bagi orang
yang banyak bersyukur dalam sakit, ia akan memperoleh
nikmat.

Kedelapan, pembersihan hati dari penyakit. Pendapat
Ibnu Qayyim, "Kalau manusia itu tidak pernah mendapat
cobaan dengan sakit dan pedih, maka ia akan menjadi
manusia ujub dan takabur. Hatinya menjadi kasar dan
jiwanya beku. Karenanya, musibah dalam bentuk apapun
adalah rahmat Allah yang disiramkan kepadanya. Akan
membersihkan karatan jiwanya dan menyucikan ibadahnya.
Itulah obat dan penawar kehidupan yang diberikan Allah
untuk setiap orang beriman. Ketika ia menjadi bersih
dan suci karena penyakitnya, maka martabatnya diangkat
dan jiwanya dimuliakan. Pahalanya pun berlimpah-limpah
apabila penyakit yang menimpa dirinya diterimanya
dengan sabar dan ridha."

Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu mengambil
hikmah dari setiap kejadian yang Allah hamparkan ke
hadapan kita, baik pahit maupun manis. Amin.

Sumber: buku "Kado untuk Orang Sakit", karya
Abdullah bin Ali Al-Ju'aisin/Indah

marissay said...

aduh saya turut sedih tp klo inget ini bln suci n ksabarn bener2 diuji. saya doakan mba dpt nikmat yg lbh. rasany qta hrs ttp mensyukuri; 'sakit itu dpt melebur dosa2 n qta akan makin bsyukur sama nikmat sehat' itu kt mamam saya wkt dia kecelakaan :)

Anonymous said...

Don, so sorry to hear that. Mudah2an cepet sembuh yah..dan smeua urusan surat-menyuratnya bisa cepet beres.
Yang penting juga, jangan sampe sakit juga..
Keep us posted yaa..

Anonymous said...

Waaah ikut sedih mba, cobaan di bulan Ramadhan, yg sabar ya mba, kudoain semua lekas sembuh, gembira bareng2, tertawa bareng2 :)

Tria said...

kadang orang teh emang suka nggak jaga mulut ya, and suka feel better than others. Mudah2an keluarga cepet sembuh dan semuanya dikasih sabar yah.

Anonymous said...

Dear Donna,

I am praying for you and your family from here. Salam buat Om Onang, juga Tante, sama Tio dan Dimas.. Semoga cepet sembuh ya Don.

(Semoga Donna tabah ngadapin cobaan ini... I know you are a strong girl.. :))

InshaAllah... semoga rasa "sakit" ini cepet ilang..., di Donna sendiri, dan juga keluarga Donna.

Lots of hugz...
Mbak Na

Danny said...

Benar Don, sayangnya banyak orang entah sadar atau tidak, suka judgemental di saat yang tidak tepat.
Andai tiap orang memikirkan dulu apa yang bakal dirasakan pendengarnya sebelum bicara.
Oh well, that's life.

Semoga ibu Donna cepat sehat kembali ya. :)

A said...

mbak Don, so sorry to hear dat :(
ikut doain moga2 smuanya segera diberikan kesembuhan, Amin!

yang sabar mbak, banyak istighfar :)
gak usah dengerin sesuatu yang gak penting...

Credo said...

Waaah, Mbak Donna.. gemes aku bacanya.. Terutama contoh yang kedua.

Males bgt ya sama org2 yg judmental. Apalagi terkait dengan perbuatan kita, amal, hubungan dengan Tuhan seperti itu. Itu kan pribadi sifatnya. Ga pantes di-judge oleh org2 lain yang ga tau hidup kita.

Anyway, Aku jg baru post ttg hal2 kecil yang menyebalkan yg terjadi di hidup kita. Jadi kepikiran klo ada hal baik yang terjadi jg untuk keluarga Mbak Donna di balik kejadian sakitnya keluarga ato tuduhan2 orang itu. Cuma kita belum tau aja, hal baik apa itu ^_^

Hehe, tetap ceria ya mbak =D

Anonymous said...

Mba, yang sbar yah, bener ko mb, ga suah dihiraukan lah kata2 org2 itu, drpd nanti mb donna jd ga bs konsen ngerawat ortu dan adek2. Toh kan akan ada kemudahan setelah kesulitan... Sabar ya mba, dan semoga ortu dan adek2 lekas smbuh, Amiiin.....

Match Up
Match each word in the left column with its synonym on the right. When finished, click Answer to see the results. Good luck!