I'm Not Hip. I Never Was.
Akhir minggu kemarin, seorang kenalan lama menghubungi saya melalui telepon.
"Jalan yuk?" ajaknya.
Saya menolak. Masih ada beberapa proyek yang belum kelar, dan rasanya saya tidak dapat meluangkan waktu (baca: berjam-jam, karena kenalan itu sangat hobi berjalan-jalan tanpa tentu arah, mencoba kafe baru, membicarakan masa lalu yang takkan pernah habis, dst.) untuknya.
"Kamu nggak gaul sekarang," tuduhnya.
Saya heran. Karena saya yakin tidak pernah jadi orang yang "gaul" (whatever that means).
"Maksudnya apa?" tanya saya, masih sedikit bingung.
"Ya itu. Semenjak nikah kamu jadi orang yang membosankan. Tiap diajak jalan, nggak mau. Ditanya kafe apa yang lagi ngetop di Bandung, nggak tau. Nggak mau berpakaian sesuai dengan tren yang ada. Mau diskusi soal warna lipstik paling mutakhir, kamu nggak menunjukkan rasa tertarik. Akhir minggu di rumah aja."
"Lho, bukannya dari dulu saya juga begitu?" tanya saya, menyembunyikan kegelian hati.
"Biarpun udah nikah, harus tetap tau dong tempat nongkrong yang oke. Nggak asyik kan, dicap kuper? Biarpun aku udah nikah aku masih kongkow-kongkow ama temen-temen cewek. Kita kan makhluk sosial. Harus banyak ngobrol dengan masyarakat banyak. Atau jangan-jangan suami kamu ngelarang?"
"Partner," saya mengoreksi dengan cepat. "Dia partner saya. Dan dia nggak pernah melarang."
"Terus kenapa kamu nggak pernah mau pergi keluar rumah?"
"Terkadang saya pergi. Sendiri, sama partner, atau sama keluarga. Terkadang sama sahabat." Saya tergoda untuk menambahkan, "Asalkan tidak dengan orang-orang seperti kamu," tapi untunglah saya masih bisa menahan diri.
"Ya ampun, Honey, kamu jangan biarin diri lumutan di rumah. Sayang banget, begitu nikah kamu menutup diri. Sesama cewek harus saling mendukung. Kalo kamu nggak punya kegiatan di luar sana, kamu akan jadi orang yang membosankan!"
"Mungkin di mata kamu saya orang yang membosankan. Tapi bagi saya, tidak masalah tuh."
"Itulah masalahmu. Apa kamu nggak peduli pandangan masyarakat tentang kamu? Istri nggak gaul, berurat-berakar di rumah, taunya cuma mikirin urusan suami, anak, dan rumah tangga."
Saya tak dapat menahan diri untuk tertawa. "Kamu tidak sadar ya, kamu menerima tekanan sosial begitu saja?"
"Maksudnya?" tanyanya, defensif.
"Ya, semua yang kamu sebutkan tadi. Khawatir apa pendapat orang lain mengenai dirimu. Jadi walau sudah menikah, masih ingin sesekali merasa seperti para lajang yang gaul. Merasa harus tau tren sekarang. Kafe yang oke. Padahal semua itu tidak wajib kan? It's your life anyway. Kenapa pendapat orang lain harus begitu berpengaruh padamu?"
"Lho, tapi aku kan berhak punya waktu untuk diriku sendiri. Kupikir setiap istri wajib punya waktu untuk bersenang-senang sendiri atau dengan teman-temannya. Jadi memang sudah sepantasnya aku tau tempat nongkrong yang asyik."
"Masalahmu adalah, kamu terlalu judgmental. Kamu suka menyamaratakan semua. Belum apa-apa kamu sudah berasumsi bahwa aku tidak punya waktu untuk bersenang-senang sendiri. Tentu saja aku punya. Dan caraku bersenang-senang adalah istirahat di rumah, membaca buku yang bagus, atau mengobrol dengan partnerku. Tidak harus keluyuran di luar rumah," sindir saya.
"Ah, percuma ngobrol ama kamu. Dari dulu kamu memang pinter bicara. Pokoknya kamu sekarang nggak asyik, nggak gaul."
"I never was," sahut saya ringan sambil menutup telepon.
6 comments:
hihihi mbaak, TOP BGT deh jwbannya :)
kapan2 nyontek aah jwban mbak, soalnya aku suka bingung hrs jwb apa tiap kl diajak jalan temen.
Masa' aku hrs jwb: sorry aku lbh seneng jln sendiri tuh ketimbang sm kamu???
jadi pingin punya istri kayak mbak donna .......... :p
top bos, jawaban ente !!!!
Kok sama ya, Don?
Gw juga "dibegituin" bolak-balik. :p
BTW blognya kereeen!
Salam buat si Kecil yang bakal besoar yaaa! :)
hihi silahken, yaya. :)
haha, semoga cepet dapat deh kalo gitu.
betewe mbak dewi, emang kayaknya banyak ya orang-orang yang seperti ini. padahal kupikir hanya terjadi di aku aja, hahaha..
Ahahaha.. lucu Mbak Donna :D
Setuju banget sama ini --> "Kamu suka menyamaratakan semua. Belum apa-apa kamu sudah berasumsi bahwa aku tidak punya waktu untuk bersenang-senang sendiri."
Sering jg ada orang-orang yg bilang aku ga asyik krn ga melakukan hal yang sama dengan mereka. Ya bedalah cara bersenang2nya,masa mesti ikut2an, hahaha.. :))
Aku dukung! :D
hahaha... jadi kayak ngaca deh.
aku juga gitu tuh mba. padahal aku kalo lagi mood gaul ya sering merasa paling gaul sedunia, hahaha (dalam batasanku lah), tapi fleksibel juga, ngga merasa harus selalu bergaul.
malah lebih sering aku tenggelem dalam pikiranku sendiri, bodo amatlah sampe dibilang autis, hahaha yang penting enjoy! ya ga!? ;)
Post a Comment