Monday, February 12, 2007

Quarter Life Dilemma's Review



Review QLD in Batampos. Thanks to Chelly! ^_^

Judul : Quarter Life Dilemma
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Pengarang : Primadonna Angela
Genre : Chicklit
Halaman : 310
Resensi oleh : Chellyvia Tri Wijayanti

Satu lagi buku bergenre chicklit yang menarik untuk dibaca. Quarter Life Dilemma (dilema seorang Ine) ini memang sayang untuk dilewatkan.

Buku dengan tebal 310 halaman ini memang ada hubungannya dengan buku Primadona Angela sebelumnya yaitu Quarter Life fear. Tapi menurut pengarangnya, buku ini bukan merupakan sekuel dari buku sebelumnya tersebut. Jadi bila dibaca terpisah tidak masalah, hanya saja akan lebih baik bila membaca buku sebelumnya yang sama-sama menariknya itu.

Novel ini bercerita mengenai kehidupan Ine yang merupakan sahabat Belinda (tokoh dalam Quarter Life Fear). Kehidupan Ine bisa dikatakan nyaris sempurna. Karir yang sukses, wajah dan penampilannya pun bisa dikatakan mampu membuat laki-laki tertarik. Dalam kehidupannya yang nyaris sempurna itu, Ine masih tetap merasa ada sesuatu yang kurang.

Suatu waktu Ine sempat merasa bosan dengan segala aktivitas yang dilakukannya setiap hari, karena segala sesuatu yang diinginkannya sudah berhasil dicapai. Tentu saja itu semua dengan usaha dan kerja kerasnya yang dimulai dari bawah. Itulah yang membuatnya aneh. Dulu Ine terbiasa dengan tantangan-tantangan dalam pekerjaan yang dilakukannya, tapi sekarang semua seperti sudah biasa saja.

Sementara itu, Belinda (sahabat Ine) yang sudah menikah dengan Jay, telah hamil dan tidak lama lagi akan melahirkan. Inilah yang kadang membuat kocak isi cerita Quarter Life Dilemma. Mulai dari keinginan untuk membeli pernak pernik bayi sebanyak-banyaknya, porsi makannya yang cukup banyak, sampai perasaannya yang terkadang sangat halus atau sentimentil bila ada sesuatu yang tidak sesuai yang diinginkannya. Intinya sih, ribet. Seringkali Ine juga ikut merasakan repotnya Belinda yang segera hamil, ikut bertanggung jawab terhadap Belinda, dan ikut membantu serta membuatnya bahagia dengan selalu menemani Belinda dalam mempersiapkan segala sesuatu untuk bayinya nanti. Maklum saja, ibu hamil memang keinginannya macam-macam. Kadang-kadang Ine jadi berpikir beberapa kali lagi untuk menikah, tapi kadang-kadang dia juga ingin merasakan kebahagiaan seperti Belinda yang menikah dengan Jay yang sangat mencintainya.

Di suatu kesempatan, Ine bertemu kembali dengan seorang laki-laki yang bernama Marco, teman Jay yang sudah lama berada di Singapura. Kebetulan, saat itu Marco datang ke Jakarta dan tiba-tiba mengajak Ine untuk bertemu. Tadinya sih, Ine agak sedikit lupa. Tapi setelah bertanya pada Belinda, Ine langsung ingat dengan sosok Marco yang Ine kenal dari Belinda dan Jay, sewaktu Ine menemani Belinda dan jay berbulan madu. Marco cukup menarik perhatian Ine, begitu pula sebaliknya dengan marco yang juga ternyata mengagumi Ine. Ine pun kembali bertemu dengan Marco, bersama dengan Belinda dan Jay. Tapi karena sesuatu hal dan Marco juga harus kembali ke Singapura mengurus pekerjaannya, akhirnya selama beberapa bulan mereka berpisah tanpa ada kabar apa pun. Ine sebenarnya agak kecewa, tapi Ine juga tidak mau terlalu banyak berharap. Apa kisah Marco dan Ine bisa berlanjut ya? Padahal sepertinya dua-duanya adalah pasangan yang sangat serasi dan saling menyukai. Makanya baca buku ini supaya bisa tahu lebih lanjut mengenai kisah mereka berdua.

Suatu waktu, Ine berada dalam pilihan yang sulit. Ine harus memilih antara menunggu Belinda, sahabat yang sangat ia sayang atau pekerjaan. Karena pada saat itu Belinda akan segera melahirkan dan Jay, suami Belinda sedang berada di Singapura. Jay mempercayakan Belinda pada Ine. Sementara itu, ia harus memenuhi tugas kantor yang mendesak karena bos perusahaannya tersebut memaksanya untuk segera datang dengan ancaman bila tidak segera datang, ia akan dipecat dan bosnya dapat memastikan bahwa Ine tidak akan bisa diterima lagi di perusahaan lain yang sejenis. Ine sangat bingung, karena rasanya teramat sayang untuk melepaskan pekerjaan yang memang dicapainya dengan kerja keras itu, apalagi dengan ancaman yang sangat mengerikan dr bosnya. Tapi Ine juga tidak tega meninggalkan Belinda. Padahal saat menunggu waktu melahirkan di rumah sakit, Belinda juga berusaha meyakinkan Ine bahwa ia tidak apa-apa jika Ine memang harus pergi meninggalkannya karena pekerjaannya itu. Tetap saja Ine tidak tega. Ine berada dalam dua pilihan yang sangat sulit. Inilah dilema seorang Ine. Ine harus memilih, tidak bisa untuk melakukan kedua hal yang memiliki arti penting baginya itu dalam waktu yang bersamaan. Apa yang menyebabkan Ine harus segera datang oleh bos perusahaannya padahal saat itu ia sedang libur? Dan apa keputusan akhir dari Ine? Karena baginya dua-duanya itu sangat penting untuknya, karir dan sahabat. Nah, semua itu bisa dibaca dalam Quarter Life Fear ini.

Setelah membaca buku ini, paling tidak kita bisa lebih menyadari bahwa hidup itu memang tidak ada yang sempurna, karena kita adalah manusia biasa. Bagi kita memang terkadang selalu ada saja yang kurang di dalamnya. Wajar saja, tinggal bagaimana kita menghadapinya dan mengatasinya dengan baik. Kisah persahabatan Ine dan Belinda membuat kita merasa terharu, dan kita bisa lebih menghargai arti dari sebuah persahabatan.

Jadi baca bukunya deh, supaya bisa tahu sendiri tentang kisah Ine dan orang-orang di sekitarnya itu. Nggak bakal nyesel deh, karena ceritanya dikemas dalam sebuah cerita yang lucu dan menarik.
(dimuat dalam harian Batam Pos, Minggu, 24 Desember 2006)

No comments:

Match Up
Match each word in the left column with its synonym on the right. When finished, click Answer to see the results. Good luck!