Sunday, March 15, 2009

MO Baru Penipuan? (Sekadar Berbagi)

Sudah beberapa hari ini kompleks perumahan ini diteror orang nggak jelas. Diawali dari telepon di pagi hari dengan logat ajaib yang tidak kukenal. Kurang lebih percakapannya seperti ini.

Aku: Halo...
Orang Gila 1 (OG1): Halo? Bisa bicara dengan Bapak?
Aku: Bapak siapa?
OG1: Bapak di rumah ini.
Aku: (berkata bahwa bapak di rumah ini sedang di kamar mandi)
OG1: Begini, tetangga di Jalan Anda no 2, Bapak ABC (nama, nama jalan, dan nomor disamarkan) sedang keluar kota, ke Jakarta.
Aku: Apa hubungannya dengan saya?
OG1: Dia menitipkan 57 juta di rumah Ibu.
Aku: (kesal) Yang bener lah. Pasti salah sambung. Nggak ada yang begitu.
OG1: Tunggu dulu Bu, dengar dulu. Ini bukan salah sambung. Ibu kan tinggal di Jalan Anda no 1, tetangga Ibu menitipkan uangnya, katanya ambil saja ke sana.
Aku: Heh! Jangan mengada-ada ya! Kalau memang merasa demikian lapor saja ke kantor polisi!
OG1: Oh silakan Bu, soalnya 57 juta itu...
Aku: (menutup telepon karena merasa ngapain juga meladenin orang sinting)

Kurang lebih 30 menitan ada telepon lagi.

Aku: Halo?
OG2: Halo? Halo? (kali ini dengan logat Batak yang sangat medok) Mana Bapaknya?
Aku: Mau bicara dengan Bapak siapa?
OG2: Ya, Bapak lah...
Aku: (mulai merasa ada yang nggak beres) Bapak siapa ya? (ingin memastikan ni orang beneran tahu nama atau ngasal)
OG2: Ya Bapak kau, lah!
Aku: (dengan logat Batak imitasi) KAU sendiri SIAPA? (langsung mematikan telepon)

Eh mungkin satu-dua jam kemudian ada telepon. OG1. Intinya dia masih keukeuh ada uang 57 juta di sini. Kali pertama kubilang dia sinting dan harusnya menelepon RSJ. Dia telepon lagi dan aku memaki-makinya sebagai orang gila. Kali ketiga dia menelepon dan langsung kusemprot, "Mau apa kau? Main hipnotis? Teroris? Serahkan aja diri ke polisi biar polisi yang urus uangnya!"

Kemudian karena penasaran aku menelepon Bapak ABC. Kata Bapak ABC, dia pun ditelepon ngakunya tetangga di Jalan Anda no 3 berutang 10 juta dan uangnya dititipkan ke dia. Ya sudahlah kuanggap si penelepon itu benar-benar orang sakit dan telepon untuk sementara kugantung.

Aku kesal sekali seharian itu, merasa stress. Sampai isman mengingatkan ya sudahlah namanya orang geblek, diladenin makin senang lah.

Besoknya tidak ada telepon aneh. Malamnya saat isman pulang, dicegat oleh tetangga lain. Ternyata para tetangga menerima telepon-telepon gelap yang sama.

isman diajak ngobrol bareng, cukup lama juga. Pulang-pulang dia terlihat kesal.

Ternyata tetangga lain, sebut sajalah namanya Bapak DEF, malah menanggapi si orang gelo. Malah saat diberitahu yang berutang di Jalan Anda no 2, Bapak DEF berkata, loh itu kan rumah Bapak ABC, nomor teleponnya sekian-sekian, hubungi saja dia! Malah ditanggapin. Saya nggak mungkin ada uang segitu Pak, Bapak salah informasi... intinya yang diucapkan semua kampret itu diladenin.

D'OH! Ini kan sama saja memberi amunisi. Dari yang mungkin pekerjaan orang iseng tidak tahu nama (seseorang bisa dengan mudah tahu notel dari sebuah alamat dengan cara menelepon 108, try it if you want, tapi 108 takkan memberitahukan nama), sekarang dapat nama, dan dapat korban buat diintimidasi. Bapak DEF diancam akan diobrak-abrik rumahnya dan akan dibunuh, yang membuat Pak DEF sekeluarga stress.

Besoknya, sedihnya, ada telepon lagi ke rumah. (Jangan-jangan karena ada reaksi dari tetangga, jadi si gila berharap rumah ini pun bisa diintimidasi!)

OG2: Halo? Halo?
Aku: Apa lagi?
OG2: Mana Bapak kau?!
Aku: (berkata dalam hati, Papa, maafkan aku, tapi ini iseng semata) Bapak aku udah tewas! Kau mau bicara sama dia? Ke akhirat saja sana! (menutup telepon dan menggantungnya)

Dunia aman tenteram. Keesokan harinya, saat pagi hari telepon kembali kupasang, lagi-lagi si penelepon. Kubiarkan dia nyap2 sekitar 5 menit, lalu telepon kututup dan kugantung sampai malam.

Besok paginya, dia telepon lagi. Biasalah aku diamin dan lama-lama mati sendiri. Nah, saat itu kupikir biar sajalah dulu. Kali-kali dia telepon lagi.

Benar, tak lama kemudian berderinglah telepon...

OG2: Halo? Halo? Mana si ABC! Suruh dia ke telepon!
Aku: (hening)
OG2: Halo? Halo?
Aku: (dengan suara keras membahana dan irama mars) HALOOOO HALOOO BANDUNG!

Klik. Kututup telepon sambil menggeleng-geleng. Untungnya semenjak insiden Halo Halo Bandung dia tidak menelepon lagi sampai sekarang.

Kupikir semua sudah berakhir. Ternyata pagi ini asistenku cerita, Bapak DEF masih diteror, bahkan ditelepon malam-malam. Sampai Ibu DEF stress dan sakit. Kasihan juga sebenarnya tapi bagaimana ya. Kupikir kalau Bapak DEF memilih untuk tidak menanggapi seperti yang kulakukan dan tetangga2 lain lakukan, para kampret tidak akan sereaktif itu. Apalagi Bapak DEF sampai membocorkan informasi pribadi, bahkan memanggil polisi segala.

Yah, aku dan isman beranggapan ini MO baru dalam berusaha menipu. Dan karena inilah aku semakin khawatir berbagi informasi pribadi. Jangan harap aku mau begitu saja memberitahukan nama dan alamat apalagi notel! Value your privacy. Bahkan tidak mengumbar data ke mana-mana saja orang masih bisa mendapatkan data kita. Don't make it easier for others to prey on us!

Sebenarnya tetangga yang satu ini juga entah ya, tak tahulah apa berusaha keras kelihatan ramah atau bagaimana namun membahayakan. Aku ingat waktu dulu sendirian di rumah dan Aza masih bayi, asisten lagi pulang kampung dan isman ke kantor. Saat aku menjemur Aza di pagi hari, Bapak dan Ibu DEF akan berseru lantang, "HOOO LAGI SENDIRIAN DI RUMAH YA? ISMAN KE KANTOR YA? NGGAK ADA SIAPA-SIAPA YA?" Haiyah mana di sana ada tukang sayur, orang gak jelas berseliweran, tukang! Gimana kalau ada yang berniat jahat?

Sebutlah aku parno kalau terlalu curigaan. Tapi prinsip yang diajarkan orangtuaku, USE YOUR COMMON SENSE! Intinya jangan memberi orang lain senjata untuk tahu hal detail mengenai kita. Urusan di rumah ada orang sekampung atau sendirian tak perlu lah dipromosikan begitu.

Tetap waspada, dan kalau jelas-jelas ada yang ngaco tak perlu lah ditanggapin.

Semoga dalam waktu 1-2 minggu si kutukupret capek telepon-telepon ke kompleks ini. Semoga saja mereka juga kapok kalau mau mencoba menipu orang lain. Dan semoga juga para tetangga sini dan orang lain yang membaca jadi lebih berhati-hati untuk tidak membeberkan informasi pribadi begitu saja!

No comments:

Match Up
Match each word in the left column with its synonym on the right. When finished, click Answer to see the results. Good luck!